Dari ajang Startup Asia yang berlangsung 21-22 November 2013, muncul anggapan bahwa Indonesia merupakan tambang emas bagi e-commerce dunia.

Betapa tidak, dengan jumlah penduduk sekitar 240 juta orang dan pengguna internet aktif sebanyak 115 juta orang, tentunya merupakan pasar yang sangat menggiurkan, apalagi, seperti disebutkan CEO Kaskus Ken Dean Lawadinata, bahwa dengan geografis kepulauan, maka e-commerce tumbuh lebih pesat mengingat distribusi barang juga tidak merata.

Menurut Kaskus yang saat ini sudah memiliki 9 juta member dan 20 juta pengakses bulanan, kendala e-commerce di Indonesia adalah masalah infrastruktur, termasuk infrastruktur perbankan sebagai sarana pembayaran.

"Kartu kredit masih rendah lah, kebanyakan masih memakai metode manual yaitu transfer uang lewat ATM, lalu baru konfirmasi lewat SMS atau email atau di website e-commerce-nya," ujarnya seraya mengungkapkan dalam sebulan total penjualan di kaskus rata-rata adalah 1,2 juta item.

Ken termasuk orang yang tidak percaya pada bubble e-commerce mengingat penetrasinya yang masih rendah sehingga peluang untuk tumbuh sangat besar. Tumbuhnya e-commerce di Indonesia dibuktikan dengan kehadiran sejumlah pelaku e-commerce asing.

Hal senada diungkapkan Ryu Kawano, Founder PT Midtrans bahwa e-commerce di Indonesia berkembang pesat meski metode pembayarannya kebanyakan masih manual transfer bank.

"Secara umum, penggunaan transfer bank sebagai metode pembayaran e-commerce mencapai 65 persen, karti kredit 15 persen, dan online banking 19 persen. Namun untuk usia produktif 25-40 tahun, penggunaan kartu kredit meningkat menjadi 25 persen dan online banking 24,5 persen," katanya.

Kekurangan Indonesia, tambahnya, adalah masih memanfaatkan sumber daya manusia yang banyak, sampai sepuluh kali lipat dibandingkan dengan Jepang dan Amerika Serikat.sehingga menggerus revenue karena dialokasikan untuk gaji pegawai.

Di Jepang, kata Ryu, transaksi yang sukses suah mencapai 99,997 persen dengan jumlah komplain hanya tiga pelanggan per 10 ribu pelanggan, sedangkan di Indonesia masih 98 persen dengan jumlah komplain mencapai 100 orang per 10 ribu pelanggan.

sumber: merdeka.com

Share/Bookmark